Sabtu, 03 November 2007

keluarga yang bahagia


Kadang kita tidak menyadari bahwa hidup kita terasa hampa. Kita terjebak dalam rutinitas kita sehari-hari. Apapun yang kita lakukan rasaya biasa saja. Bak mengejar sesuatu yang hampa.

Pernah saya merasakan hidup bak di neraka. setiap hari hanya kemarahan dan isak tangis yang terdengar dari balik pintu kamar. setiap hari sarapan dengan umpatan ayah, siangnya makan siang dengan gerutuannya, dan malamnya ditutup dengan pencuci mulut pertengkaran2 yang tiada hentinya berujung. hingga suatu ketika amarah itu meledak dan memuntahkan semua benakku yang lama terpendam. seperti gunung berapi yang meletus, aku berteriak-teriak kesetanan sambil mengacung-acungkan pisau. Kedengaran telenovela sekali memang, tapi itu kenyataannya.

sekarang keadaan jauh lebih tenang, ayah sudah tidak berani bertingkah, tapi umpatan masih saja terus diucapkan. rasanya itu sudah menjadi makanan sehari-hari. hingga kami anak-anaknya menjadi terbiasa.
satu hal pelajaran yang dapat di petik adalah, badai pasti berlalu. kegigihan seorang istri sekaligus ibu yang tetap mempertahankan rumah tangganya, walaupun dicemooh sanak keluarga dan anak-anaknya hingga bertahun-tahun akhirnya membuahkan hasil. Rumah tangga terselamatkan, tinggal membangun kembali perasan anak-anak yang telah hancur. memang sulit tapi tiada yang mustahil bagi Tuhan untuk bekerja.

pada dasarnya setiap orang ingin dilahirkan dalam keluarga normal yang bahagia, tapi pada kenyataanya setiap keluarga memiliki masalah yang berbeda-beda, namun bagaimana kita membimbing anak, mengayomi mereka dan membuat mereka nyaman sehingga tidak mengganggu kestabilan emosinya.

perkembangan pada masa kanak-kanak ibarat fondasi rumah bila kita tidak membangun fodasi yang kokoh maka rumah tiu tidak akan berdiri sempurna.
perkembangan emosi dan psikis pada anak-anak menentukan perkembangan pada fase remaja dan fase2 selanjutnya.

setiap keluarga memiliki album sendiri-sendiri, tergantung bagaimana kita mendapatkan tiap moment indah bersama keluarga, mengingatnya saat kita terpuruk untuk memberi kekuatan bagi semua anggota keluarga. memegang erat tangan ketika yang satu terjatuh, dan tetap mempertahankan ikatan rumah tangga yang pada akhir-akhir ini sudah tidak berharga lagi dimata orang-orang kaum modern dan kosmopolitan.
sekarang tinggal anda sendiri yang menentukan.. jalan untuk bahagia selalu ada tinggal kita menetapkan langkah, langkah mana yang akan dipilih?

Tidak ada komentar: